Senin, 27 April 2020

Mengevaluasi Teks Pantun

Pantun telah ada sejak dahulu sehingga banyak pantun yang menggunakan kata-kata arkais dan kata-kata konotasi. Generasi muda saat ini mengalami kesulitan untuk mencerna maksud dan makna dari sebuah teks pantun karena bahasa yang arkais. Dibutuhkan kemampuan untuk menangkap maksud dari teks pantun dengan baik. Apalagi pantun jaman dulu kebanyakan menggunakan sampiran dan isi yang berkaitan, hingga makin sulitlah kita menentukan maknanya. Pada pantun lama, sampiran dan isi memiliki hubungan yang sangat erat. Hubungan antara sampiran dan isi pada pantun tersebut tidak hanya pada kesamaan rima, tetapi juga terletak pada kandungan maknanya.

Kaidah pantun merupakan ketentuan-ketentuan dalam pantun yang menjadi penanda utama dibandingkan dengan puisi lama bentuk lain. Kaidah atau rambu-rambu pantun adalah isinya berupa curahan hati, sindiran, nasihat, kelakar, perumpamaan, pepatah, dan peribahasa. Pantun berfungsi mencakupi fungsi pendidikan, fungsi kasih sayang, dan cinta, fungsi penghargaan/terima kasih, dan fungsi kecerdasan berbahasa. Bahasa dalam pantun halus, tidak langsung pada isi, menggunakan pengantar yang berupa sampiran.

Namun dalam perkembangannya pantun (terutama pada pantun modern), hubungan antara sampiran dan isi pantun tidaklah erat, bahkan tidak memiliki hubungan secara subtansi. Pada sebagian pantun tampak kecenderungan menyimpang bahkan meninggalkan sama sekali ciri-ciri pantun yang asli. Penyimpangan ini misalnya menyangkut jumlah larik dalam bait serta jumlah kata dalam larik yang tidak menentu, tidak adanya sampiran yang mengantar isi pantun, tidak diperhatikan. Seperti pada contoh pantun berikut ini

Anak Pak Dolah makan lepat,
makan lepat sambil melompat.
Nak hantar kad raya dah tak sempat,
pakai sms pun ok wat?

Dalam pantun tersebut, sampiran (Anak Pak Dolah makan lepat/makan lepat sambil melompat) benar-benar hanya berfungsi sebagai penyedia rima/sajak dan irama untuk isi (nak hantar kad raya dah tak sempat/pakai sms pun ok wat?). Dengan kata lain, pada kebanyakan pantun modern, sampiran dibuat secara asal-asalan (hanya sebagai pelengkap) dan tidak lagi merupakan pembayang isi yang mencerminkan kearifan dan kepiawaian seseorang dalam memahami perilaku alam/suasana sekitar (sebagai latar) yang dijalin dengan penuh logika, wawasan, kewajaran, keindahan, dan perpaduan yang masuk akal.

Berikut ini beberapa contoh teks pantun yang dapat berdasarkan struktur teks yang berkaitan dengan ciri kebahasaannya, serta makna yang terkandung di dalam teks tersebut.

No.Teks PantunAnalisis
1.Kuda perang berpacu kencang,
kuda beban berjalan pelan.
Maafkan aku berteriak lantang,
mohon maafkan segala kesalahan.
Hubungan antara sampiran dan isi hanya pada rima saja sedangkan hubungan substansi tidak berkaitan. Fungsi sampiran hanya sebagai penyedia rima saja sehingga tidak mempermudah pemahaman isi. Makna pantun adalah kita harus memaafkan kesalahan orang lain
2.Bunga kenanga di atas kubur,
pucuk sari pandan jawa.
Apa guna sombong dan takabur,
rusak hati badan binasa.
Hubungan antara sampiran dan isi pada rima dan isinya. Fungsi sampiran selain sebagai penyedia rima juga mempermudah pemahaman isi. Dengan mengingat tentang kubur orang tidak akan sombog dan takabur. Makna pantun kita tidak boleh sombong dan takabur yang dapat merusak hati dan badan.
3.Asam kandis asam gelugur,
ketiga asam si riang-riang.
Menangis mayat di pintu kubur,
teringat badan tidak sembahyang.
Hubungan antara sampiran dan isi hanya pada rima saja sedangkan hubungan substansi tidak berkaitan. Fungsi sampiran hanya sebagai penyedia rima saja sehingga tidak mempermudah pemahaman isi. Makna pantun bersembahnyanglah sebelum mati penyesalan selalu datang terlambat.
4.Buah langsat kuning cerah,
keduduk tidak berbunga lagi.
Sudah dapat gading bertuah,
tanduk tidak berguna lagi.
Hubungan antara sampiran dan isi hanya pada rima saja sedangkan hubungan substansi tidak berkaitan. Fungsi sampiran hanya sebagai penyedia rima saja sehingga tidak mempermudah pemahaman isi. Makna pantun apabila mendapatkan teman yang baru teman lama jangan dilupakan.
5.Berburu ke padang datar,
dapat rusa belang kaki.
Berguru kepalang ajar,
bagai bunga kembang tak jadi.
Hubungan antara sampiran dan isi hanya pada rima saja sedangkan hubungan substansi tidak berkaitan. Fungsi sampiran hanya sebagai penyedia rima saja sehingga tidak mempermudah pemahaman isi. Makna pantun belajar jangan tanggung-tanggung agar berhasil
6.Embacang masak mempelam manis,
makanan anak bidadari.
Bintang terisak bulan menangis,
hendak bertemu si matahari.
Hubungan antara sampiran dan isi hanya pada rima saja sedangkan hubungan substansi tidak berkaitan. Fungsi sampiran hanya sebagai penyedia rima saja sehingga tidak mempermudah pemahaman isi. Makna pantun seorang yang ingin melanjutkan hubungan namun terhalang oleh keadaan.
7.Pokok pakis tumbuh di hutan,
tumbang melepa di atas duri.
Pulau menangis kering lautan,
ikan juga menghempas diri.
Hubungan antara sampiran dan isi hanya pada rima saja sedangkan hubungan substansi tidak berkaitan. Fungsi sampiran hanya sebagai penyedia rima saja sehingga tidak mempermudah pemahaman isi. Makna jika lingkungan rusak makhluk hidup akan terganggu.
8.Kemumu di dalam semak,
jatuh melayang seleranya.
Mesti ilmu setinggi tegak,
tidak sembahyang apa gunanya.
Hubungan antara sampiran dan isi hanya pada rima saja sedangkan hubungan substansi tidak berkaitan. Fungsi sampiran hanya sebagai penyedia rima saja sehingga tidak mempermudah pemahaman isi. Makna pantun setinggi apapun ilmu seseorang tidak akan bermanfaat bila ia tidak beribadah.
9.Mari kita mencari zaitun,
tiada zaitun pinang pun jadi.
Tanjungpinang negeri pantun,
indah permai cantik berseri.
Hubungan antara sampiran dan isi hanya pada rima saja sedangkan hubungan substansi tidak berkaitan. Fungsi sampiran hanya sebagai penyedia rima saja sehingga tidak mempermudah pemahaman isi. Makna pantun Tanjungpinang indah dan berseri karena pantun.
10.Kalau mengail di lubuk dangkal,
dapat ikan penuh seraga.
Kalau kail panjang sejengkal,
jangan laut hendak diduga.
Hubungan antara sampiran dan isi pada rima dan isinya. Fungsi sampiran selain sebagai penyedia rima juga mempermudah pemahaman isi. Dengan ilmu yang dangkal maka cita-cita yang diraih hanya sejengkal. Makna pantun tidak mungkin mendapat hasil maksimal jika usaha yang dilakukan hanya sedikit.