Sabtu, 18 April 2020

Upaya Melestarikan Bahasa Daerah oleh Negara

- Dalam diskusi Bicara Buku Bersama Wakil Rakyat yang mengambil tema sentral "Merawat Bahasa Daerah" yang diselenggarakan pada hari Kamis, 17 November 2016, Sekretaris Jenderal MPR RI, Ma'ruf Cahyono menyatakan apresiasi terhadap kegiatan ini sebagai upaya merawat bahasa daerah.

Diskusi dan Acara Pelestarian Budaya di Kompleks DPR RI
Acara yang digelar di Ruang Presentasi Perpustakaan Setjen MPR RI ini juga dihadiri anggota MPR dari  Fraksi PKB Khrisna Mukti, Kepala Perpustakaan MPR, Roosiah Yuniarsih, dan sekitar enam puluh-an penulis, penyair, serta budayawan.

Salah satu alasan utama diadakan diskusi tentang bahasa daerah ini dilaksanakan adalah karena kepedulian dan kekhawatiran ketika melihat fakta sekitar 15 bahasa daerah Indonesia sudah punah dan sekitar 100 berpotensi punah. Tentu ini sangat memprihatinkan.


“Kegiatan ini bisa memberi kontribusi besar terhadap upaya menjalin kualitas Negara Kesatuan Republik Indonesia sekaligus melestarikan kebudayaan yang beragam dan menjaga kebhinnekaan,” kata Ma’ruf. Kegiatan ini, menurutnya tidak jauh dari upaya yang dilakukan MPR dalam Sosialisasi Empat Pilar MPR dengan berbagai metode penyampaian.

Dalam kesempatan yang sama, Kepala Perustakaan MPR RI, Roosiah Yuniarsih mengungkapkan rasa bahagianya karena dari enam puluhan peserta yang hadir, yang meliputi: penulis, penyair, dan budayawan yang meramaikan acara tersebut, kebanyakan baru pertama kali mengunjungi gedung MPR. Jadi, sekaligus menjadi ajang sosialisasi keberadaan Perpustakaan DPR RI. Bahkan ada yang sengaja datang jauh dari ujung barat Indonesia, Aceh.

Dalam acara ini, Khrisna Mukti (anggota Fraksi PKB)  membacakan puisi karya Na Dhien, yang merupakan puisi favorit di ajang Ubud Writers and Readers Festival 2016 yang menggunakan bahasa Jawa.“Jujur saya akui, saya lebih terbiasa berbahasa Betawi ketimbang berbahasa Jawa, sampe dingin tangan saya ini,"ujar Khrisna disambut tawa peserta.

Acara pelestarian budaya tersebut, selain diramaikan dengan pembacaan puisi dalam berbagai bahasa daerah, juga diisi dengan bedah novel trilogi Si Tumoingkarangan Saut Poltak Tambunan dalam bahasa Batak, yang dimoderatori Kurnia Effendi.

(Tempo.co)